Surabaya -
Persepsi keliru di
masyarakat soal
julukan suporter
Persebaya atau
yang dikenal bonek
(bondo/bekal dan
nekat) perlu
diluruskan, karena
bonek sendiri
sebenarnya adalah
"bondo dan tekad".
"Bondo yang
dimaksud adalah
bekal yang bisa
diartikan adalah
uang, sedangkan
tekad adalah
kemauan untuk
kerja keras. " kata
Siti Nasyi`ah
pembina Bonek Q di
Surabaya, Kamis.
Menurut dia, bukti
adanya bondo dan
nekad bisa dilihat
dalam setiap kali
pertandingan.
Panitia pelaksana
(panpel)
mendapatkan
pemasukan tidak
sedikit.
"Itu berarti Bonek
mendukung dengan
uang. Bukan tekad
saja, entah uang
untuk beli tiket itu
hasil jualan celana,
tabungannya atau
apa saja," kata
mantan wartawati
Jawa Pos dari
1991-2002.
Saat laga dengan
Arema di stadion
Gelora Bung Tomo
(GBT) pada 3
Januari, Panpel
dapat pemasukan
Rp1,2 miliar. "Ini
angka fantastik
dari pertandingan
Persebaya di tahun
ini," katanya.
Ita mengatakan
besarnya nama
Bonek selama ini
karena fanatisme
suporter yang
menjadikan anak-
anak atau siapa
saja ingin menjadi
Bonek. Apalagi,
Bonek juga diilhami
dari kenekatan
Arek-arek
Suroboyo dalam
melawan dan
mengusir penjajah.
Semangat berjuang
yang tinggi dan
fanatisme
terhadap
Persebaya itulah
yang menjadikan
Bonek bisa
disamakan bela tim
dan bela negara.
"Mengapa begitu,
hanya demi
Persebaya puluhan
nyawa sudah
melayang. Tetesan
darah sudah
dikorbankan,"
katanya.
Di balik nama
Bonek, sejumlah
orang kemudian
mencederainya
dengan cara
kriminal, misalkan
dengan menjarah.
"Kebanyakan
Bonek yang begini
ini adalah Bonek
abal-abalan karena
Bonek sejati adalah
Bonek yang
berkomunitas,"
katanya.[ito]
m.inilah.com/read/detail/1845588/sebutan-bonek-perlu-diluruskan
EmoticonEmoticon